Jumat, 08 Maret 2013

SERANGAN JABHAH NUSHRAH MENEWASKAN 7 INTELIJEN INTELIJEN MILITER DI HOMS

Mujahidin Jabhah Nushrah melakukan dua penyergapan terpisah terhadap Pasukan Intelijen Militer dan Pasukan Intelijen Umum rezim Nushairiyah Suriah di dekat kota Tadamur, Homs pada Jum’at (22/2/2013) dan Senin (25/2/2013). Tujuh intel rezim Suriah tewas dalam peristiwa tersebut. Menewaskan tujuh anggota pasukan intelijen rezim Nushairiyah di dekat kota Tadamur – Homs

Segala puji bagi Allah Yang menjadikan jihad di jalan-Nya sebagai puncak ketinggian ajaran Islam. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi yang diutus dengan pedang untuk meninggikan menara Islam, nabi kita Muhammad, keluarganya dan seluruh sahabatnya. Amma ba’du.
1. Dengan pertolongan Allah semata, mujahidin berhasil menyerang dan membunuh 4 anggota Pasukan Intelijen Militer bagian dari Pasukan Penjaga Pedalaman, merampas kendaraan mereka dan persenjataan mereka (sebuah senapan mesin PKC dan dua buah senapan Klasinkov) di dekat kota Tadamur, pada hari Jum’at tanggal 12 Rabi’u Tsani 1434 H bertepatan dengan 22 Februari 2013 M.
2. Dengan pertolongan Allah semata, mujahidin berhasil menyerang dan membunuh 3 anggota Pasukan Intelijen Umum, merampas kendaraan mereka dan persenjataan mereka (tiga buah senapan Klasinkov) di dekat kota Tadamur, pada hari Senin tanggal 15 Rabi’u Tsani 1434 H bertepatan dengan 25 Februari 2013 M.

PULUHAN PEJUANG CHECHNYA IKUT BERPERANG DI SURIAH

DAMASKUS, - Dengan banyaknya umat Islam yang menjadi korban, Muslim dari Chechnya dan Kaukasus Utara tergerak hatinya untuk berangkat ke Suriah dan bergabung dengan para pejuang Suriah di sana melawan pasukan   Presiden Suriah Bashar Al-Assad. 

"Ini adalah pertama kalinya sejumlah massa Chechen telah mengambil bagian dalam aksi militer di luar negeri," kata analis berbasis di Paris, Mairbek Vatchagayev kepada Reuters Kamis, 6 Maret sebagaimana dilansir onislam.net.

Estimasi menunjukkan bahwa puluhan Muslim dari Chechnya dan Kaukasus Utara ikut berjuang melawan pasukan rezim Assad di Suriah.

"Jihad membutuhkan berbagai macam hal," kata Omar al-Chechen kepada Brigade Migran dimana dia aktif dalam sebuah video.

"Pertama perlu uang. Banyak tergantung pada uang hari ini untuk jihad," kata al-Chechen, nama aliasnya dalam pertempuran, demikian pidatonya dalam bahasa Rusia dan yang diterjemahkan oleh pejuang sesama ke dalam bahasa Arab.

"(Kami) telah kehilangan banyak kesempatan, tapi hari ini benar-benar ada kesempatan untuk mendirikan (negara Islam) di bumi."

Salah satu sumber oposisi Suriah mengatakan bahwa mujahidin dari Chechnya atau Kaukasus Utara adalah kekuatan terbesar kedua pejuang asing setelah mujahidin dari Libya yang bergabung dengan pejuang Suriah setelah menggulingkan dan membunuh Muammar Gaddafi. Sebuah sumber pejuang Suriah mengatakan 17 pejuang dari Kaukasus Utara gugur dalam pertempuran di luar kota Aleppo bulan lalu. 

Para pengamat mengatakan banyak pejuang dari Kaukasus Utara adalah mahasiswa yang telah belajar di sekolah-sekolah agama di luar Rusia. Namun, mereka telah memiliki keterampilan dan pengalaman karena partisipasi mereka dalam perang melawan pasukan Rusia di Chechnya pada 1994-1996 dan 1999-2000.

"Mereka sangat penting, di beberapa daerah mereka memimpin pertempuran dan beberapa dari mereka adalah pemimpin Brigade," ujar sumber pejuang Suriah yang selalu bersama dengan pejuang dari Chechnya. 

"Mereka adalah pejuang yang berpengalaman dan juga mereka berjuang didasarkan pada keyakinan ideologis, sehingga mereka tidak ingin imbalan apa pun."

Lebih dari 70.000 orang telah tewas dalam dua tahun perang pasukan keamanan Assad dan pasukan pejuang pembebasan Suriah. Pertempuran itu telah memaksa lebih dari satu juta warga Suriah meninggalkan rumah mereka ke negara-negara tetangga di samping perpindahan dari dua juta orang lain di dalam negeri.

Kekhawatiran Barat

Kehadiran pejuang asing di Suriah telah mengangkat alarm di sejumlah negara-negara Barat. Menteri Luar Negeri Inggris William Den Haag telah memperingatkan bahwa kehadiran para pejuang asing di Suriah menimbulkan ancaman terhadap kepentingan Barat.

"Suriah saat ini telah menjadi tujuan utama bagi pelaku jihad di mana saja di dunia," katanya. 

"Kita tidak bisa membiarkan Suriah menjadi tempat lain untuk berkembang biak bagi para teroris yang menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional kita."

YAHUDI TENTARA DAJJAL


“Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat- fitnah yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal.” (HR Thabrani 20/212)
Bahkan di dalam hadits lain Nabi Muhammad shollallahu ’alaihi wa sallam mengatakan bahwa segenap fitnah atau ujian yang bermunculan silih berganti di dunia ini adalah dalam rangka menyambut kemunculan puncak fitnah, yakni fitnah Dajjal.
Dari Sahabat Hudzaifahradhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Suatu ketika ihwal Dajjal disebutkan di hadapan Rasulullah saw kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal), dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali untuk fitnah Dajjal.” (HR Ahmad 5/389)
Berdasarkan hadits di atas berarti situasi dan kondisi beberapa waktu menjelang munculnya Dajjal merupakan situasi dan kondisi yang sangat sarat fitnah. Saat itu sistem dunia tentunya penuh masalah karena sudah mencapai kematangan tahapan untuk menyambut kedatangan sang oknum biang masalah. 
Dalam buknya, ”Dajjal-the Anti-Christ”, Ahmad Thomson berpendapat bahwa dunia yang kita jalani saat ini berupa sebuah Sistem Dajjal di mana segenap lini kehidupan tunduk kepada nilai-nilai Dajjal dan bertentangan secara diameteral dengan Sistem Kenabian yang berlandaskan nilai-nilai Rabbani. Ia kemudian menulis ”...kita akan saksikan bahwa pengambilalihan sedang berjalan lancar, nampaknya saat kemunculan si Dajjal sudah sangat dekat. Alasannya sangat sederhana: karena sistem-sistem dan para pengurusnya, yaitu sistem kafir, yaitu sistem Dajjal, telah memperoleh kekuasaan yang cukup di seluruh dunia, sehingga begitu si Dajjal dikenali dan diakui, Dajjal bisa langsung dinobatkan sebagai pimpinan yang dinanti-nanti.”
Mengingat bahwa Dajjal merupakan puncak fitnah berarti berbagai fitnah yang mendahului kemunculannya tentu berkaitan erat dengan fihak yang memang menanti atau menyambut kedatangannya. Dan siapakah fihak yang paling banyak menebar fitnah sepanjang sejarah? Perhatikanlah firman Allah subhaanahu wa ta’aala di bawah ini:
“Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS Al-Maaidah 64)
Ayat di atas berbicara mengenai bangsa Yahudi. Suatu bangsa yang digambarkan Allah suka menyalakan api peperangan. Mereka merupakan ”aktor intelektual” di balik berbagai peperangan besar dan kekacauan sepanjang zaman. Mereka merupakan biang provokasi di berbagai belahan bumi, baik di zaman dahulu maupun zaman moderen. Sebagaimana mereka pula pihak di belakang upaya pembunuhan banyakNabiyullah ’alihimus salaam. Sebagian berhasil dan sebagiannya gagal. Di antara yang gagal adalah upaya pembunuhan Nabiyullah Isa Al-Masih ’alaihis salam dan Nabiyullah Muhammad shollallahu ’alaihi wa sallam.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong.” (QS Ali Imran 21-22)
Catatan hitam sejarah kejahatan dan fasad kaum Yahudi menyebabkan mereka pantas menjadi pihak yang paling menanti dan menyambut kedatangan Dajjal. Sehingga wajarlah bilamana Nabi Muhammad shollallahu ’alaihi wa sallam menginformasikan kepada kita bahwa pada saat kemunculan Dajjal untuk menebar puncak fitnah dan kekacauan di muka bumi, maka kumpulan manusia yang bakal menjadi pendukung utamanya ialah bangsa Yahudi. Bahkan mereka akan menjadi prajurit-prajurit utama pasukan Dajjal.
“Dajjal akan keluar dari kampung Yahudiyyah kota Ashbahan bersama 70.000 orang yahudi yang mengenakan topi.” (Ahmad 26/412)
Dan mengingat bahwa umat Islam merupakan pihak yang senantiasa berjuang menegakkan kebenaran ma’ruf dan mencegah kebatilan munkar, maka pantas bilamana Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaihi wa sallammengisyaratkan bahwa kedua entitas ini bakal berhadapan vis a vis. Satu pihak dipimpin oleh Al-Mahdi bersama Nabiyullah Isa Al-Masih ’alaihis salam dan satu pihak dipimpin oleh Dajjal. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bahwa peristiwa berperangnya kedua pihak ahlul-haq versus ahlul-bathil ini menjadi salah satu syarat atau tanda penting sebelum tibanya hari Kiamat kelak.
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan terjadi Hari Kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi sampai Yahudi berlindung di balik batu & pohon lalu batu atau pohon berbicara “Hai Muslim, hai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemari, bunuhlah dia,” kecuali ghorqod sebab ia sungguh termasuk pohon orang Yahudi.” (Muslim 4/140)
Maka saudaraku, sudah tiba masanya kita umat Islam bersiap-siap menghadapi hari bertemunya dua pasukan tersebut. Hendaknya kita menyadari bahwa boleh jadi kemunculan puncak fitnah, yakni Dajjal, sudah sangat dekat. Di antara indikasinya Allah memberikan keleluasaan bagi kaum Yahudi, cikal bakal pasukan Dajjal, untuk merajalela di muka bumi dewasa ini.
Belum pernah Allah izinkan mereka selama berpuluh abad memiliki tatanan negara kecuali belakangan ini. Belum pernah dunia mengalami penetrasi bahkan penaklukan oleh Yahudi sedahsyat seperti di zaman kita sekarang ini. Maka pantaslah bila sebagian umat Islam bangga dan merasa tidak bersalah berkawan bahkan menjadikan kaum Yahudi sebagai pimpinan atas diri mereka. Yahudi sengaja mengaburkan isu sebenarnya soal Dajjal dari pemahaman umat Islam.
Rasulullah shollallahu ’alaihi wa sallam bersabda: “Dajjal tidak akan muncul sehingga manusia melupakannya dan para Imam meninggalkan untuk mengingatnya di atas mimbar-mimbar.” (HR Ahmad 34/3)
Oleh: Ustadz Ihsan Tanjung